Jember – Tidak banyak orang yang mengenal SJ 88, wisata alam yang
masih baru dan lagi trend terutama dikalangan anak-anak muda di Jember dan
sekitar. Terletak di desa Sucopangepok, kecamatan Jelbuk, kabupaten Jember.
Sekitar 10 Km utara kota Jember dengan jalur ke arah Bondowoso. Sebenarnya, SJ
88 adalah nama dari sebuah bukit yang ditemukan oleh seorang petualang asal
Jenggawah, Jember, Fauzan Adima. Nama SJ 88 sendiri adalah singkatan dari nama
desa Sucopangepok (S), kecamatan Jelbuk (J) dan 88 adalah nama dari dua buah
batu yang ada di perbukitan itu yang sekilas terlihat menyerupai bentuk angka
88. Dahulu nama awalnya hanya J 88 tapi atas permintaan dari warga desa
setempat yang ingin memasukan nama desanya akhirnya di sepakati menjadi SJ 88.
Wisata alam yang belum lama ditemukan ini, kini menjadi destinasi baru para
wisatawan lokal, bahkan jumlah pengunjung meningkat tajam. Para pengunjung yang
datang ke tempat ini, ingin melihat keindahan matahari terbit dari puncak bukit
yang tertutup kumpulan awan yang lebih rendah dari puncak bukit serasa seperti
di negeri atas awan. Para pengunjung
biasanya akan memulai pendakian menuju puncak bukit selepas shubuh, dengan
waktu tempuh sekitar 25 menit dengan berjalan kaki dari tempat parkir kendaraan
di depan sebuah masjid. Perjalanan melewati persawahan menuju kaki bukit dengan
jalan yang beraspal sampai di kaki bukit jalan berganti menjadi jalan setapak
dengan track yang menanjak hingga sampai di puncak. Namun, pengunjung tidak
perlu kuatir ada banyak tempat selama perjalanan untuk beristirahat sebentar
sekedar untuk mengumpulkan nafas dan setelah sampai di puncak siap untuk
berselfie ria mengabadikan keindahan matahari terbit yang terlihat dari balik
gunung Raung. Tempat wisata alam ini masih dikelola secara swadaya oleh masyarakat
sekitar dan para pengunjung tidak di pungut biaya masuk hanya parkir saja, yang
dananya di kumpulkan untuk pembangunan masjid setempat. Dalam sehari, rata-rata
sekitar 100 sampai 200 pengunjung yang datang ke tempat ini, namun di akhir
pekan atau saat liburan, pengunjung bisa naik berlipat-lipat hingga mencapai
500 sampai 600 an. Menurut keterangan dari warga, pengunjung datang mulai dini
hari sebelum matahari terbit untuk menikmati sunrise di balik gunung Raung dan
pada sore hari yang terakhir turun pada saat maghrib. Di bukit tersebut juga
terdapat sebuah makam sesepuh kembar
dari desa, sekilas hanya sebuah perbukitan biasa yang separuh lahannya adalah
wilayah perhutani yang dominan dengan tanaman pinus, mahoni dan kopi dan
separuhnya lagi di manfaatkan warga untuk bercocok tanam. Udara di tempat ini
lumayan sejuk karena terletak di dataran tinggi dan masih banyaknya pepohonan.
Pesan dari warga setempat untuk para pengunjung, agar tetap waspada saat berada
di puncak dan ada larangan yang wajib di patuhi pengunjung, yaitu larangan yang
masih diyakini warga sekitar tidak boleh dilanggar, tidak boleh memetik dan
mengambil tumbuhan aneh yang tidak ada ditempat lain. Pesan yang lain jangan
melakukan vandalisme dengan mencoret-coret bebatuan menggunakan cat semprot dan
sebagainya, dan jaga kebersihan jangan membuang sampah sembarangan.
Artikel lain :
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda, terima kasih