Panduan tempat pariwisata di indonesia dan mancanegara (tourism guide) meliputi wisata alam, wisata kuliner, wisata religi,wisata edukasi, agrowisata, seni budaya (art and culture) dan berbagi kisah inspiratif dan kreatif dari berbagai daerah di nusantara
Wisata Kampung Batik Sidomukti Magetan
Magetan – Ini jalan-jalan kami yang kesekian
kalinya di kota kecil yang sejuk, yang berada dikaki sebelah timur Gunung Lawu.
Pada perjalanan sebelumnya kami menyempatkan diri untuk melihat langsung
berbagai potensi wisata yang ada di kota ini, seperti Air terjun di lereng timur Gunung Lawu, Telaga Sarangan dan Mojosemi Forestpark, jalan-jalan kali
ini kami akan melihat wisata budaya, yaitu kesenian batik khas Magetan yang
dikenal dengan batik Sidomukti atau kampung batik Sidomukti. Kampung batik
Sidomukti ini terletak di dusun Papringan, desa Sidomukti, kecamatan Plaosan,
Kabupaten Magetan atau sekitar hampir 1 jam perjalanan dari kota Magetan. Untuk
menuju ke lokasi, dari kota Magetan bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda 2
atau 4, menuju ke arah wisata telaga Sarangan, setelah sampai di pasar Plaosan
terdapat sebuah pertigaan, ambil jalan yang ke kiri, setelah itu akan bertemu
peternakan ayam disepanjang jalan menuju desa Sidomukti, hingga bertemu
pertigaan dengan petunjuk jalan bertulisan arah Sentra Batik Sidomukti. Ikuti
arah tersebut hingga sampai di sebuah perempatan jalan yang terdapat sebuah
patung ibu-ibu yang sedang membatik itulah kampung batik Sidomukti yang
terkenal itu. Di desa Sidomukti ini terdapat banyak perajin batik yang
tergabung dalam kelompok-kelompok dan masih dikelola secara home industri,
meskipun sebagian besar masyarakat desa Sidomukti ini berprofesi sebagai
petani. Nama Batik Sidomukti sendiri juga terdapat di beberapa tempat seperti
di Solo dan Jogja, namun untuk Magetan mempunyai ciri khas tersendiri yaitu
dari motifnya yang mengambil dari kearifan budaya lokal “pohon bambu” yang
banyak tumbuh di desa ini dengan menggabungkan beberapa motif lain seperti
flora dan fauna khas dari Magetan dan Indonesia dengan warna-warna yang segar,
sehingga memiliki corak tersendiri yang di kenal dengan motif “Pring Sedapur”. Menurut
keterangan dari para pengrajin batik di desa ini, selain memilih motif bambu
sebagai ciri khas budaya lokal, pohon bambu juga memiliki makna tersendiri,
karena hidupnya bergerombol digambarkan bahwa manusia itu harus menjaga
kerukunan dan kebersamaan, selain itu bambu juga mempunyai nilai filosofi dalam
sejarah perjuangan dan kehidupan sehari-hari. Seni membatik di desa Sidomukti
ini telah berlangsung sejak lama, mulai tahun 1970 dan mulai terkenal di tahun
1998. Menurut keterangan dari salah satu pengurus kelompok batik ini, sejarah
batik Sidomukti ini adalah warisan dari para leluhur mereka yang di wariskan
secara turun-temurun dan ini sudah dimulai saat masa-masa perkembangan islam
saat masa kerajaan Mataram. Setelah pecah perang, banyak prajurit Mataram yang
lari menuju ke lereng timur Gunung Lawu, khususnya di desa Sidomukti ini,
terutama di dusun Papringan yang pada awalnya mendapatkan pengajaran langsung
dari pendatang-pendatang dari kerajaan Mataram.
Dahulu batik Sidomukti ini
hanya ada dikalangan bangsawan atau lingkungan kerajaan saja seperti batik
sidomukti khas Solo dan Jogja, dengan motif dan corak warna yang khas
kecoklatan, berbeda dengan batik sidomukti khas Magetan, selain menampilkan
corak lingkungan kerajaan juga dipadukan dengan kearifan lokal sehingga
terkesan lebih merakyat. Seperti seni membatik pada umumnya, proses pembuatan
batik ini didominasi oleh kaum ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok perajin
batik “mukti rahayu”. Seperti biasa, sebelumnya kain akan dilukis sebuah motif,
kemudian diwarnai menggunakan cairan malam yang dipanaskan menggunakan canting,
namun disini terdapat variasi menggunakan kuas untuk memberikan corak
tersendiri. Para perajin batik di desa ini, masih mempertahankan cara
tradisional meskipun pengerjaannya memakan waktu, untuk 1 lembar kain,
memerlukan waktu hingga 4 hari sampai dengan 6 hari, dengan cara inilah mutu
batik sidomukti khas Magetan ini bisa tetap terjaga tidak kalah dengan batik
khas Pekalongan.
Pada awal tahun 1998, para perangkat di desa ini menjalin
kerjasama dengan dinas sosial setempat dan ahli batik dari luar Magetan,
memberikan penyuluhan dan pelatihan, hasilnya sejak tahun 1998 batik sidomukti
khas Magetan ini mulai banyak diminati dipasaran lokal, seperti Magetan dan
sekitarnya. Dari pasaran lokal rata-rata, mendapat pesanan dari sekolah-sekolah
dan instansi pemerintah untuk dijadikan seragam. Berkat ketekunan para perajin,
akhirnya batik sidomukti khas Magetan ini bisa tembus masuk ke pasaran nasional
hingga ke Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta, bahkan saat itu menjadi salah satu
batik favorit pilihan bapak presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ).
Kain-kain batik sidomukti ini rata-rata dijual mulai dengan harga Rp.65.000,-
hingga ratusan ribu tergantung motif dan lebar kain. Meskipun batik sidomukti
khas Magetan ini belum terdaftar di hak cipta & paten, hal ini tidak
menghalangi niat para perajin batik untuk terus berkarya menghasilkan perpaduan
motif-motif baru sesuai dengan minat pasaran, seperti perpaduan motif bambu
dengan burung cendrawasih, burung jalak lawu dan lain-lain juga lebih kaya
variasi warnanya. Smoga keberadaan batik Sidomukti ini menambah ciri khas
tersendiri bagi pariwisata kota Magetan dan semoga tetap eksis keberadaanya
untuk memperkaya seni budaya nusantara *)
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda, terima kasih