Banyuwangi – Durian, buah tropis dengan bau khas yang harum,
mempunyai kulit dengan duri yang tajam, dan daging yang yang berwarna kuning
atau putih kekuningan. Beda dengan yang ada di Banyuwangi ini, daging buahnya
berwarna kemerahan yang terkenal dengan sebutan si “durian merah”. Durian merah
ini banyak dijumpai di kecamatan Songgon dan Kemiren, karena warna daging dan
rasanya yang khas menjadikan buah durian merah ini menjadi salah satu buah
unggulan di Banyuwagi yang banyak di buru para penggemarnya. Konon durian merah
ini berasal dari perkawinan silang antar varietas ataupun faktor genetik
sehingga menyebabkan daging durian ini menjadi merah. Durian merah memiliki
nama latin “Durio graveolens” dengan ciri daging berwarna kemerahan, biji yang
lebih kecil, daging buahnya yang lebih tebal dan manis, kadar alkohol yang
rendah dan aromanya yang lebih menyengat. Warna kulit durian merah ini sama
dengan durian-durian lain pada umumnya, kuning atau hijau kekuningan tapi ukurannya
sedikit lebih kecil. Durian merah ini juga termasuk jenis buah tropis yang bisa
hidup pada ketinggian kurang lebih 800 Dpl dengan waktu berbuah yang tidak
menentu, tapi yang pasti hanya berbuah sekali dalam satu tahun. Awalnya, dulu
hanya di temukan satu pohon saja di desa Kemiren, kemudian di temukan lagi di
kecamatan Songgon dan desa Kampung anyar kecamatan Glagah dengan jenis yang
berbeda. Durian merah ini dikembangkan mulai tahun 2007 dengan tiga buah pohon
saja yang produktif. Tujuh tahun kemudian telah berhasil dikembangkan menjadi
kurang lebih 200 pohon durian merah yang produktif menghasilkan setiap
tahunnya. Sekarang penyebaran durian merah ini sampai di lima kecamatan, yaitu:
Songgon, Glagah, Kalipuro, Licin dan Giri.
Di beberapa tempat diluar Banyuwangi juga sedang dilakukan percobaan
pengembangan durian merah ini, seperti di Blitar selatan, Bogor dan Bandung.
Bahkan, teknologi pengembangannya telah sampai di mancanegara, seperti Thailand,
Malaysia dan Korea. Durian ini diperkirakan memiliki 62 varian dari hasil
penelitian di lima kecamatan di Banyuwangi, namun yang sudah umum hanya 32
varian dan 25 diantaranya yang sudah layak konsumsi karena memiliki daging buah
yang tebal, sedangkan 7 varian sisanya masih memiliki daging yang tipis. Dari
32 varian, 11 varian diantaranya masuk dalam kategori kelas internasional
dengan berat standart antara 1,5 sampai 2 Kg dan bisa tahan kondisinya saat di
frozen antara 2 sampai 3 minggu. Dari ke 62 varian buah durian merah ini, bisa
dibagi menjadi 3 kelompok yang didasarkan dari warna daging buahnya, yaitu:
durian merah bocking yang seluruh dagingnya berwarna merah, durian merah
pelangi yang dagingnya berwarna merah dan kuning dan yang terakhir adalah
durian merah grafika yang dagingnya berwarna merah, kuning dan putih. Tiga
kelompok durian merah ini selain memiliki tekstur warna dagingnya yang berbeda
juga memiliki pohon dan bentuk daun yang berbeda pula. Budidaya durian merah
ini memerlukan waktu yang cukup lama, antara 7 sampai 12 tahun untuk bisa
mencapai masa produktif. Selain di budidayakan dengan biji juga dikembangkan
lewat teknologi percepatan “Top working” dengan cara pohon durian yang sudah
besar di sisipi dengan bibit durian merah. Cara ini terbukti bisa menghasilkan
atau produktif pada usia 3 tahunan. Untuk bibit durian merah harganya bisa
mencapai 75 ribu dengan tinggi 3 cm, sedangkan yang tinggi 60 cm hingga 100 cm
bisa mencapai 200 ribuan dan tinggi 1,5 meter bisa mencapai 1,5 juta.
Bagi anda
yang penasaran dengan durian merah bisa datang di Festival durian merah yang digelar
satu tahun sekali biasanya di bulan April, dan di kemas dalam event Banyuwangi
Agro expo bersama dengan produk buah-buahan lain asli dari Banyuwangi. Di
festival ini pengunjung bisa mencicipi macam-macam varian durian merah dengan
harga antara 120 ribu hingga 300 ribu per biji. Bahkan untuk varian durian
merah pelangi bisa mencapai 250 ribi per biji. Durian merah pelangi ini adalah
hasil persilangan 3 buah varian durian, yaitu: Durian kuning (fotogensis),
durian merah (graveolens) dan durian putih (Zibethinus). Varian ini tidak
banyak ditemui dan termasuk kategori langka. Menurut keterangan Pusat
penelitian dan pengembangan durian merah, di kecamatan Songgon dan Glagah hanya
ada beberapa pohon saja, itupun dengan usia pohon yang sudah tua, antara 100
hingga 150 tahun. Konon, durian merah pelangi ini memiliki berbagai khasiat
yang baik untuk kesehatan, seperti : mengobati insomia karena kandungan
serotoninnya, mencegah penuaan dini karena mengandung antosianin dan kandungan
tifohorman dan titosteronya di percaya banyak orang bisa meningkatkan
vitalitas. Ternyata memakan durian itu ada caranya, tidak sembarangan, yang
akibatnya seriing mengeluh sakit kepala atau pusing dan mual setelah makan
durian atau biasa dikenal dengan mabuk durian. Menurut para pakar di pusat
pengembangan durian merah, durian yang sudah lebih dari 6 jam setelah di petik
atau jatuh dari pohonnya akan mengurangi
kandungan vitaminnya dan enzim durian akan menghasilkan alkohol sehingga
menyebabkan kepala pusing. Untuk mencegah agar tidak pusing disarankan sebelum
makan durian makanlah buah manggis, karena buah manggis berkhasiat bisa
menetralisir kandungan alkohol dalam durian. Selain itu bisa dengan meminum air
yang ditambahkan pada kulit bagian dalam durian
yang mengandung lapisan lilin larut air yang dikenal dengan antidot
(anti racun), caranya dengan memberi air pada bagian dalam kulit durian
kemudian menggosoknya maka kelihatan sedikit keruh baru di minum. Di jamin
dengan kedua cara ini, anda tidak akan mabuk meskipun makan buah durian hingga
10 buah. *)
Artikel lain:
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda, terima kasih