Probolinggo – Kota yang terkenal dengan wisataGunung Bromo dan berbagai wisata lain seperti Agrowisata Perkebunan Buah Anggur,
Rafting Sungai Pekalen dan Wisata Hutan Mangrove (BJBR) ternyata juga mempunyai
daya tarik tersendiri bagi penggemar wisata adventure, seperti para pecinta
alam dan penghobi pendaki gunung, salah satunya adalah Gunung Argopuro yang ada
di wilayah Probolinggo ini. Gunung Argopuro adalah sebuah gunung berapi yang
sudah tidak aktif, yang masih termasuk dalam komplek pegunungan Iyang yang
membentang dari Gunung Raung hingga Gunung Lemongan. Gunung Argopuro terletak
diantara Gunung Semeru dan Gunung Raung, dengan ketinggian mencapai 3.088 Mdpl,
dan terkenal dengan puncak Rengganis. Gunung Argopuro ini berada dalam lima
wilayah, yaitu : Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember,
Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dan puncak Rengganis sendiri masuk
dalam wilayah kabupaten Jember, sedangkan puncak tertingginya berada kurang
lebih 200 meter dari puncak Rengganis yang diberi nama puncak argopuro yang
ditandai dengan sebuah tugu atau triangulasi. Kawasan gunung Argopuro terdiri
dari kawasan hutan dipterokarp bukit, hutan dipterokarp atas, hutan montane dan
hutan gunung. Untuk mendaki gunung Argopuro terdapat dua jalur, yaitu melalui
jalur Bremi, Probolinggo dan berakhir di Baderan, Situbondo dan begitu juga
sebaliknya. Dari Probolinggo, perjalanan menuju ke lokasi pendakian melalui
jalur Bremi yang bisa ditempuh dari Surabaya menuju ke Probolinggo, kemudian
naik bis akas kecil dari pool bis akas yang ada di samping hotel Bromo Indah.
Biasanya bis jurusan ke Bremi ini berangkat 2 kali sehari, pagi jam 6:00 dan
siang jam 12:00, sedangkan yang kembali dari Bremi menuju ke Probolinggo jam
8:00 pagi dan jam 15:00 sore. Sebelum melakukan pendakian sebaiknya perlu di
perhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Persiapkanlah logistik, terutama air
yang perkiraan cukup untuk 4 hari, karena jalur pendakian Gunung Argopuro ini
cukup panjang sekitar 40 Km dengan beberapa medan menanjak sehingga cukup
menguras stamina.
2. Bawalah perlengkapan pendakian
seperti kompas, tenda dan peralatan pendukung lain, juga usahakan ada leader
yang mendampingi dan sudah berpengalaman, mengerti jalur pendakian dalam setiap
kelompoknya
3. Disarankan menggunakan pakaian
panjang, karena banyak tanaman yang menyebabkan gatal dan di musim hujan banyak
pacet atau lintah.
4. Jangan melakukan perjalanan di malam
hari karena jalur yang benar tidak terlihat jelas dan akan menyesatkan, lebih
baik lakukan camping bila menjelang sore hari.
5. Hindari membuang sampah sembarangan
terutama puntung rokok dan pastikan sisa api unggun benar-benar mati sebelum di
tinggalkan, karena pada musim kemarau tempat ini banyak rumput kering dan
sering memicu terjadinya kebakaran.
6. Bagi anda yang masih pemula lebih
baik memilih jalur pendakian dari Baderan, Situbondo, karena tidak banyak medan
yang menanjak, jadi lebih menghemat stamina.
Setelah sampai di Bremi, setiap pendaki wajib melaporkan diri
di kantor polisi sektor Krucil untuk dicatat identitasnya. Dari kantor polisi,
perjalanan di mulai dengan menuruni lereng menuju ke pertigaan perkebunan Ayer
dingin, melewati persawahan milik penduduk, kemudian memasuki perkebunan kopi
dan sengon. Setelah melewati perkebunan ini, medan pendakian mulai menanjak
hingga memasuki kawasan hutan damar dan lanjut memasuki batas hutan suaka
dengan lama perjalanan sekitar 2 Jam. Dari batas hutan suaka, medan semakin
terjal dengan hutan yang semakin lebat jadi persiapkanlah stamina. Memasuki
hutan suaka ini, pendaki perlu waspada karena dilokasi ini banyak babi hutan,
jadi perhatikan semak-semak dan bunyi suara babi yang kadang sering terdengar. Setelah
mencapai sebuah puncak perbukitan terdapat persimpangan jalan, yang lurus
adalah jalan menuju ke puncak sedangkan yang ke kanan adalah ke danau taman
hidup. Bila pendaki ingin melakukan camping disarankan menuju ke danau taman
hidup, karena tempat ini cukup luas untuk camping dan mengisi perbekalan air.
Di danau taman hidup ini, kadang-kadang bila beruntung akan bertemu hewan-hewan
liar seperti babi hutan, kancil dan kijang yang sedang minum atau pun mencari
makan di sekitar danau. Selain itu danau ini banyak terdapat ikan yang bisa
dimanfaatkan pendaki untuk dimakan dengan cara ditangkap menggunakan alat
pancing. Perlu di perhatikan juga, kawasan di tepi danau ini adalah rawa
berlumpur yang cukup berbahaya, lebih baik pengambilan air dari dermaga kayu
dan disarankan juga tidak berenang di tempat ini karena airnya sangat dingin
dan dilokasi ini sering turun kabut.
Pesona Wisata & Jendela Inspirasi :

Artikel lain :