Banyuwangi – Gunung Raung adalah salah satu lokasi
pendakian yang banyak disukai para pendaki yang sudah berpengalaman, karena
terkenal memiliki jalur pendakian yang cukup ekstrem, yaitu saat mencapai
puncak tertinggi di Gunung Raung, Puncak sejati di 3344 mDpl. Gunung Raung
berada di wilayah 3 kabupaten, meliputi Banyuwangi, Jember dan Bondowoso dengan
2 rute pendakian dari rute Sumberwringin, Bondowoso yang di kenal dengan rute
ke puncak bayangan dan rute satunya lagi dari Kalibaru, Banyuwangi. Untuk mencapai
Puncak sejati hanya bisa di tempuh dari rute pendakian melalui Kalibaru,
Banyuwangi. Untuk menuju ke sana para pendaki bisa menggunakan transportasi umum
bis atau kereta api turun di stasiun Kalibaru kemudian bisa dilanjutkan dengan
ojek menuju basecamp gunung Raung di rumah milik bapak Soeto. Bila dalam
rombongan berjumlah besar, bisa sewa kendaraan pickup dari depan stasiun
Kalibaru. Rumah bapak Soeto ini cukup di kenal oleh para tukang ojek yang
mangkal di depan Stasiun Kalibaru, karena tempat inilah satu-satunya tempat
singgah untuk sekedar bermalam, menyusun rencana dan persiapan sebelum
melanjutkan perjalanan menuju ke puncak Raung. Sebelum melakukan pendakian,
para pendaki diharapkan melakukan perizinan dengan melapor pada polsek setempat
dan tentunya para pendaki sudah mempersiapkan diri untuk stamina/kesehatan dan
peralatan pendakian yang perlu untuk di bawa. Persiapan yang perlu dilakukan
antara lain sebagai berikut :
1.Persiapan
peralatan pendakian, seperti tali kern sepanjang 30 meter, Carrabiner, Webbing,
Harnest, Ascender, Helm, Jumar, Tali prusik dan semua keadaan peralatan
tersebut harus di cek dalam kondisi yang baik.
22.Persiapan
kemampuan teknis, seperti Anchoring, Ascending, Belaying, Descending,
Rappeling, Moving together yang semua skill ini minimal ada satu orang yang
berfungsi sebagai leader yang benar-benar menguasai teknik-teknik tersebut.
33.Motivasi
team, jangan lupa berdoa dan saling mendukung dan melengkapi, jangan lupa bahwa
tujuan yang utama adalah keselamatan.
44.Logistik,
seperti makanan, minum dan peralatan tambahan seperti kamera dan GPS
55.Tidak
disarankan untuk pendaki yang masih pemula dan mempunyai takut ketinggian.
Basecamp – Pos I, Perjalanan di mulai dari basecamp
atau rumah milik bapak Soeto, menuju ke pos I, dengan melewati perkebunan kopi
yang lumayan luas dan cukup melelahkan. Dari basecamp ini para pendaki bisa
menghemat waktu dengan menggunakan jasa ojek dengan tarif 25 – 30 ribu untuk
mengantar hingga pos I. Di pos I ini terdapatjalur menuju sungai yang merupakan
sumber air terakhir dan terdapat air terjun, para pendaki bisa mengisi air di
tempat ini sekaligus menyegarkan diri. Untuk amannya para pendaki masing-masing
membawa 10 Liter air untuk perbekalan dalam perjalanan.
Pos I – Pos II, Dari pos I perjalanan dilanjutkan
menuju pos II yang berada di ketinggian 1431 mDpl dan diperkirakan memerlukan
waktu tempuh sekitar 4 jam. Rute yang dilewati adalah melalui perkebunan
kemudian menembus lebatnya hutan dengan pohon-pohon besar yang berusia puluhan
hingga ratusan tahun. Hati-hati banyak semak berduri, diharapkan para pendaki
menggunakan pakaian yang panjang. Jalan menuju ke Pos II ini mesih relatif
datar dan belum menanjak. Pos II ini adalah area yang luas yang bisa digunakan
para pendaki untuk bermalam.
Pos II – Pos III, Dari pos II menuju pos III yang
terletak di ketinggian 1656 mDpl diperlukan waktu tempuh sekitar 1 jam dengan
jalur yang mulai menanjak mengikuti punggung perbukitan dan makin lama
kemiringan tanjakan makin besar sehingga menambah berat pendakian. Jalur ini
cukup sempit dan banyak terdapat tanaman berduri seperti jenis rotan. Di Pos
III ini hanya bisa didirikan maksimal 2 tenda karena tempatnya yang sempit.
Pos III – Pos IV, Dari pos III perjalanan menuju ke
Pos IV yang terletak di ketinggian 1855 mDpl dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
Perjalanan diawali dengan jalur yang landai, kemudian melewati turunan dan
berpindah menuju punggung perbukitan yang lain dengan jalur yang menanjak dan
semakin menguras stamina. Setelah sampai di Pos IV para pendaki bisa
beristirahat sejenak di sebuah dataran sebelum melanjutkan perjalanan kembali.
Pos IV – Pos V, Perjalanan menuju Pos V yang
terletak di ketinggian 2115 mDpl di tempuh dalam waktu sekitar 45 menit, masih
di punggung perbukitan yang sama, namun jalur yang dilalui lumayan terjal dan
rapat dengan tanaman semak berduri, hati-hati bila hujan jalur ini cukup licin.
Pos V ini areanya tidak terlalu luas hanya cukup untuk beristirahat sebentar
saja.
Pos V – Pos VI, Dilanjutkan perjalanan menuju Pos VI
yang berada di ketinggian 2285 mDpl, dengan waktu tempuh sekitar 30 menit
dengan jalur yang menanjak dan semakin terjal diharapkan ekstra hati-hati. Di
pos VI ini terdapat area yang dapat digunakan untuk tempat bermalam, area
campnya berundak-undak dan terdapat 3 undakan.
Pos VI – Pos VII, Dari Pos VI perjalanan dilanjutkan ke
Pos VII yang berada di ketinggian 2541 mDpl dengan waktu tempuh sekitar 45
menit, jalurnya semakin menantang dan berat karena mendakati puncak gunung
Wates. Jalur pendakian di sepanjang menuju Pos VII ini cukup terbuka dengan
udara yang semakin dingin. Sampai di Pos VII para pendakai bisa beristirahat
mendirikan tenda untuk bermalam, areannya cukup luas cukup untuk mendirikan 3
tenda. Bermalam di pos VII ini adalah pengalaman yang menarik bagi para
pendaki, bisa melihat pemandangan seperti negeri di atas awan dan jajaran
pegunungan Hyang dan puncak Semeru. Bila malam hari saat kondisi cuaca lagi
cerah, langit penuh dengan taburan bintang dan dari kejauhan terlihat gemerlap
lampu-lampu dari perkotaan dan di tempat ini juga tumbuh bunga edelweis yang
biasa di sebut bunga abadi. Namun para pengunjung diharapkan waspada karena
kondisi tanah di area pos VII ini rawan longsor, udara yang cukup dingin dan
hembusan anginnya cukup kencang karena areanya terbuka.
Pos VII – Pos VIII, Dari pos VII dilanjutkan perjalanan
menuju pos VIII yang berada di ketinggian 2876 mDpl, dengan waktu tempuh
sekitar 2 jam. Bila bermalam di pos VII sebaiknya barang bawaan di tinggal di
pos VII dan hanya membawa perbekalan secukupnya, perlengkapan pendakian seperti
tali,carabiner dan lain-lain. Perjalanan diawali menuju puncak gunung Wates
yang bisa di tempuh dalam waktu 45 menit, dengan jalur yang terjal dan penuh
semak berduri, kemudian memutari punggung perbukitan yang tipis dengan bibir
jurang yang cukup dalam, diperlukan konsentrasi
dan ekstra hati-hati. Setelah melewati jalan tipis akan melalui jalan
yang menanjak dimana banyak terdapat vegetasi atau tumbuhan khas puncak gunung.
Pos VIII – Pos IX, Dari Pos VIII di lanjutkan menuju Pos
IX yang berada di ketinggian 3023 mDpl dengan waktu tempuh sekitar 1 jam,
dengan jalur yang terjal dan rimbun. Tumbuhan sudah mulai jarang hanya terdapat
pepohonan tua. Pos IX ini adalah camp terakhir yang dapat digunakan para
pendaki untuk beristirahat.
Pos IX – Puncak
bendera, Setelah melewati perjalanan selama 10 menit dari Pos
IX akan sampai di puncak bendera atau puncak Kalibaru yang berada di ketinggian
3154 mDpl. Dari sini akan terlihat jelas puncak sejati dengan jalur yang sangat
menantang dengan kanan kiri penuh jurang dan dari tempat ini pula bisa dilihat
di kejauhan puncak 17 yang berbentuk seperti piramida dan puncak tusuk gigi
yang terdiri dari bebatuan yang lancip. Dari sini perlu dipersiapkan peralatan
pendakian dan wajib dikenakan oleh masing-masing pendaki karena jalur ini
adalah paling rawan membutukan konsentrasi dan kewaspadaan yang tinggi salah
sedikit akan berakibat fatal, jadi keselamatan adalah harga mati yang tidak
dapat ditawar lagi.
Puncak bendera –
puncak 17,
Perjalanan di mulai dengan menuruni puncak bendera, berjalan satu persatu
bergantian melipir dijananan sempit bibir jurang. Tempat ini adalah titik rawan
satu, kemudian dilanjutkan berjalan melipir sebuah tebing bebatuan yang
disebelahnya terdapat jurang dengan kedalaman 50 meter. Di jalur ini para
pendaki memasang jalur pemanjatan kurang lebih sekitar 5 meter, terpasang 1
hanger dan 1 bolt. Di titik anchor atasnya terdapat pasak besi yang telah
tertanam yang dapat digunakan sebagai anchor utama. Leader team melakukan
artificial climbing dengan memasang jalur pemanjatan menggunakan tali kern atau dengan membentangkan webbing dan para
pendaki wajib memasang carabiner untuk melewati titik ini secara bergantian.
Sampai di bawah puncak 17 atau titik rawan 2, selanjutnya leader melakukan
pemasangan jalur pemanjatan setibanya di puncak 17 menggunakan fix rope untuk
dilalui anggota team dengan teknik jumaring. Pilihan yang lain adalah tidak
melewati puncak 17 tapi berjalan melipir di samping puncak 17 menggunakan
teknik moving together yang masing-masing anggota team memasang carabinenya
pada kern yang dibentangkan antara anggota yang paling depan dengan yang paling
belakang. Di titik ini terdapat beberapa
anchor tanam yang bisa di gunakan , namun butuh konsentrasi dan hati-hati yang
ekstra karena medannya mudah rontok.
Puncak 17 – Puncak tusuk
gigi, Dari
puncak 17 para pendaki harus menuruni tebing sekitar 20 meter, leader sebaiknya
memasang dahulu jalur untuk menuruni tebing menggunakan teknik rappelling untuk
turun ke bawah. Di beberapa titik di tempat ini sudah ada beberapa anchor tanam dari besi yang dapat dimanfaatkan oleh
para pendaki. Jalur kern akan ditinggal disini nantinya dapat digunakan lagi.
Sampailah di titik rawan 3 atau titik rawan terakhir, kemudian dilanjutkan
dengan jalan yang agak menurun ke bawah hingga bertemu jalur di punggungan
menuju ke puncak tusuk gigi. Tempat itu adalah hamparan bebatuan besar yang
harus di lewati oleh para pendaki. Setelah beristirahat, perjalanan dilanjutkan
dengan jalur yang menanjak dengan tingkat kemiringan yang makin tegak mendekati
90 derajat. Hati-hati terhadap longsoran batu dari atas tidak membahayakan para
pendaki. Setelah melewati jalur bebatuan akhirnya akan sampai di puncak tusuk
gigi dengan batu-batu sebesar ukuran rumah yang tersusun menjulang.
Puncak tusuk gigi –
Puncak sejati,
Dari puncak tusuk gigi, perjalanan dilanjutkan menuju jalur disebelah kanan
dengan melipir kebelakang kemudian berjalan menanjak sekitar 100 meter, maka
tibalah para pendaki di puncak tertinggi di gunung Raung, yaitu puncak sejati
di ketinggian 3344 mDpl. Dari tempat tertinggi ini para pendaki bisa melihat
pemandangan kawah aktif yang luas yang masih mengeluarkan asap dan di bawah
kawah seperti terdengar suara raungan yang keras dan menggetarkan.
Sedikit berbagi tips, usahakan untuk samapi di puncak bendera
pada pagi hari karena pendakian menuju puncak sejati membutuhkan wakt yang
cukup lama apalagi bila team beranggotakan cukup banyak dan apabila terdapat
keraguan perjalanan lebih baik jangan dilanjutkan dan hanya sampai pada puncak
bendera saja karena untuk menuju puncak sejati diperlukan mental, konsentrasi
dan fokus yang ekstra.*)
Artikel lain :
No comments:
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar anda, terima kasih